Rabu, 10 Maret 2021

Hallo ! Again .

 Hallo . 2021. 

Duh. 

open this personal blog of mine excites me this much , ternyata (walopun nggak ada isinya yaa).

and reread my own words itu bikin aku senyum senyum sendiri dan mikir 'ternyata nggak jelek jelek banget, ya tulisanku' :D 

Fortunately, emang nulis itu passion aku, yang sudah bertahun-tahun ter-neglected. dan semakin aku yakin yakin yakin sekarang.


Jadii . 

Sudah 2021. Sudah 4 tahun sejak terakhir kali aku mencoba menulis terakhir di tahun 2019, dimana tulisannya cuman berakhir menjadi draft dan ketika aku buka blog ini lagi, tanpa mikir panjang aku posting aja. Eman, soalnya . 

Pengen cerita lagi aja pelajaran apa yang kudapetin sampai hari ini. Yang perlahan (walaupun belum solid) aku mulai mengerti apa artinya kebahagiaan menerima dan mencintai diri kita sendiri. -Berat, ya?- wkwk. 

Pengalaman apa aja, sih yang aku dapetin? 

Banyak. Yang mau kucurhatin dan bahas disini adalah proses penerimaan diri aku sendiri. Dan dari apapun itu yang terjadi, i'm very thankful Allah shows me, pelan pelan, what I'm being curious about.

Sampai pada tanggal 05 Maret 2021 kemarin aku adalah seorang karyawan sebuah perusahaan swasta yang lumayan besar karena cabang-cabangnya tersebar di seluruh Indonesia. Dan sekarang, dengan keputusan besar yang aku pilih setelah mencurahkan semua apa yang selama ini aku pikirkan kepada keluarga dan orang dekatku, for the sake of myself, aku mengambil keputusan untuk resign dan rehat sejenak dari padatnya pekerjaan yang aku laluin. Yang kebanyakan aku laluin dengan tangisan dan banyak sekali pertanyaan, walaupun setelah dipikir kembali, aku banyak melalui hal yang bisa bikin aku lebih mengenal diriku sendiri berkat pekerjaanku ini. Yeah, i'm officially jobless now alias nganggur and im really okay with that. 

Aku seorang perempuan. Dan pekerjaanku sebelum aku nganggur ini mengharuskan aku untuk siap ditempatkan di seluruh Indonesia. Literally, seluruh Indonesia. Tapi aku disitu ngerasa selow aja. Karena emang sejak aku SD aku udah hobi jalan-jalan tanpa orangtua. Ikut-ikut study tour dari jaman aku kelas 3 SD! Mungkin karena itu ya passion-ku selanjutnya adalah travelling. Aku mikir, 'asik, nih bisa jalan-jalan gratis'. Dan emang Allah itu dengerin banget ya apa maunya hamba-Nya. Aku nggak punya duit tapi pengen jalan-jalan. Akhirnya aku dikasih kerjaan yang bisa bikin aku muterin Indonesia. Yaudah, aku jalanin itu semua. 

Selama dua tahun setengah aku kerja di perusahaan ini. Aku bisa pergi ke kota-kota yang sebelumnya belum pernah aku kunjungin. Nih listnya kurang lebih : 

Pemalang, Purwokerto, Tegal, Pekalongan (all Jawa Tengah), Tangerang (Banten), Tuban (Jawa Timur), Bengkulu, Argamakmur (Bengkulu), Palembang (Sumsel), Baturaja (Sumsel), Pangkal Pinang (Bangka Belitung), Padang, Bukittingi (Sumbar). (Kota terakhir special occasion, yaa hehe). 

Aku bisa kesana semua itu ya berkat aku kerja di perusahaanku ini. 

Banyak suka duka yang aku laluin. Sukanya seperti yang aku sebutin di atas. aku bisa jalan-jalan, tahu kota-kota lain di Indonesia, ketemu orang-orang dengan berbagai suku dan gimana karakter mereka masing-masing. Selain itu disini aku bisa kenal orang-orang yang aku kagumi dan amazingly mereka support aku apapun keputusanku dan mau mendengarkan aku. Mereka kasih banyak motivasi yang dukung aku, yang awalnya aku mikir kalau aku bakal dikata-katain tapi turned out-nya nggak sama sekali. Dan mereka semua adalah atasanku dan orang-orang hebat disini.   

Untuk masalah dukanya? Nggak usah ditanyain, banyak. hehe. Aku nggak mau bahas terlalu banyak sih kalau soal duka. Jatuhnya tar lebih ke ngeluh, sih dan takutnya juga seperti menjelek-jelekkan perusahaannya. 

Aku banyak berpikir. Aku banyak nangis. Aku banyak bercerita ke Allah dan orang-orang terdekatku. Dan, alhamdulillah dari sini juga Allah ngirimkan aku sosok yang aku butuhkan buat aku, yang selalu support aku dengan apapun keputusan yang aku ambil. Dan sebagai sumber utama aku akhirnya berani ngambil keputusan yang besar ini.

As I mentioned before, aku itu orang introvert. Aku nggak biasa ngungkapin apa yang aku rasain dan pikirin ke orang lain, yang kebanyakan yah semua tentang keluhan dari keadaan yang aku jalanin. 

Mikir apaan sih ?

Ya. Aku banyak mikir. 

Ya Allah gini amat, sih cari uang. Ternyata sesusah ini ya cari uang. 

Aku nggak cocok disini. Apakah ini jalanku buat mencari rezeki-Mu?

Boleh nggak sih aku se-idealis ini?

Aku nggak mau disini. Aku mau nyerah aja, aku capek. Aku udah nggak nyaman dengan semua yang aku jalanin.

Duh ngeluh muluk, sih kerja. Kok nggak ikhlas gini, sih ngejalaninnya?

Lemah banget sih . Jangan lemah lemah dong!

Itu semua ngebawa aku untuk akhirnya aku ambil moment untuk bertanya ke diriku sendiri.

Yas

Apasih sebenernya yang kamu cari? 

Apa yang kamu mau? 

Kenapa kamu nggak pernah merasa bahagia dengan apa yang udah jadi pilihanmu?

Ternyata, ngambil waktu untuk ngobrol sama diri sendiri itu penting, ya. Dulu aku masih nganggep, 'duh gila ih ngajak ngomong diri sendiri' tapi kesini-sini, ternyata sepenting itu. Menghargai dan mengenal diri sendiri sepenting itu. Dari dialog itu aku pelan pelan gali sebenarnya aku itu gimana, mauku apa, aku nyari apa dan lain-lain.

Aku adalah orang yang sangat overthinking. 

Ya. Aku orangnya overthingking banget. Hal-hal kecil yang remeh temeh itu aku pikirin dan kalau nggak sesuai bisa bikin aku stres. Ini ditambah aku orangnya perfeksionis, ya. Jadi ya lengkaplah itu. Sering tuh ya, masalah yang sebenernya nggak ada malah aku ada adain. Aku terlalu ngeribut dan ngeribetin hal kecil, jadi sukanya rempong aja sendiri. Hal yang seharusnya ada way out nya kalo dipikirin dengan tenang dan selow jadi berasa nggak ada. Aku nggak nemu ada advantage ketika aku overthinking. Yang ada malah bikin pusing kepala ribet sendiri

Aku adalah orang yang perfeksionis

Karena aku perfeksionis, aku ngerasa keganggu kalo suatu hal itu nggak sesuai sama yang seharusnya, dan aku cepet kepancing emosi kalau nemu hal yang nggak sesuai, baik itu orang lain yang ngelakuin atau aku sendiri. Dan ketika punya sifat ini, akunya kesulitan sama kerjaan yang nuntut aku jadi seseorang yang multitasking, yang harus bisa mengerjakan semua hal dalam satu waktu. Tapi walaupun gitu ada juga sih sisi positif dari being a perfectionist ini. Dan dari sini aku nemuin kerjaan apa yang cocok sama kepribadianku yang satu ini, hahaha. Dari sekian banyak hal yang kukerjain dalam satu waktu, aku nyadar aku lebih cocok ketika aku tuh jadi editor atau pemeriksa lah.  Yang kuperiksa bener-bener satu satu jadi pasti takes time yang lumayan. Kerjaanku kan salah satunya juga meriksain hasil kerja orang-orang, dan aku biasanya nemuin hal yang nggak ditemuin sama orang lain. Ketika aku ngejalanin itu, aku enjoy banget ketika nemu ada kesalahan (aneh, ya wkwk). Tapi disisi lain, ketika aku nemuin dikerjaanku sendiri, aku jadi stres sendiri dan karena overthinkingku aku pasti nyalahin diriku sendiri kenapa bisa salah. 

Aku nggak suka kesalahan 

Tapi ini berlaku ke diriku sendiri. Kalo ternyata aku someday nemuin ternyata hasil kerjaku ada yang nggak bener, udah deh tuh. Pasti langsung stres dan nyalahin diri sendiri. Jatohnya nggak baik buat mentalku sih kalo udah gini. Nggak pernah bersyukur banget dan nggak ngasih spare 'nggak papa' ke diri sendiri. Jadinya aku selalu push myself to the hardest, wkwk. 

Aku orang yang cepet kepancing emosinya

Ini ngga usah ditanya sih, hehe . aku cepet kepancing emosi, baik itu hal pekerjaan maupun hal pribadi. Nggak tau sih paling kalo kaya di film film itu elemenku api kali, ya.

Aku selalu mikirin gimana pendapat orang lain 

Setiap hal yang aku lakuin, aku selalu mikirin pendapat orang lain terhadap hal yang aku kerjain itu. 'Nanti kalo aku ngelakuin ini, respon orang apa ya?' , 'Kalo aku ngomong gini, apa respon orang, ya?' Semua berasa ketahan. kalo aku mau ngelakuin sesuatu, yang aku pikirin udah banyak gimana respon orang lain. Kalo yang kupikirin positifnya nggak papa. ini yang dipikirin malahan yang negatifnya. Jadi ngehambat. 

Lima hal di atas itu sifat-sifat yang berdampak besar sama keadaanku yang sekarang ini. Ya itu dia. Terus menyalahkan diri sendiri, nyalahin keadaan, emosian,cepet stres, nggak percaya sama kemampuan sendiri, rendah diri, dan pikiran overthinking lainnya yang ngehambat aku untuk berkembang. Tapi, sifat-sifat di atas itulah yang ngebawa aku untuk ngomong sama diriku sendiri. Yang nyadarin aku pentingnya kita nerima diri kita sendiri apa adanya kita (walopun hal-hal yang buruk di atas nggak diaminin ya, jadi masih usaha agar lebih baik) tapi seenggaknya sekarang, aku mulai ada proses penerimaan diri sendiri. Dan aku ngerasain itu. Aku mulai bisa bilang, 'Its okay Tyas. At least you've tried.' Nggak selalu nyalahin diri sendiri dan keadaan. Yes, aku punya sisi negatif itu, tapi aku juga punya banyak sisi positif yang bisa aku gali, yang bisa aku kembangin, dan yang bisa aku banggain. 

Dari sini akhirnya aku anggep aku udah mulai mengambil step ke arah yang lebih baik dalam hal penerimaan diri. Aku berani dan berhasil mengungkapkan semua hal yang aku rasain secara jujur sejujur-jujurnya aku dari dalem hati tentang apa yang selama ini kupendam terkait pekerjaan aku ke orangtua dan atasan-atasanku. Pikiran-pikiran negatifku sebelumnya udah mikir penerimaan mereka bakalan jelek, jadi aku takut nyoba. But surprisingly, dorongan juga dari orang deketku akhirnya aku berani mengungkapkan itu dan respon mereka semua diluar ekspektasi negatifku. Diluar dugaan mereka semua memahami dan dengerin semua yang aku rasain selama ini. Dan mereka apresiasi dan support aku setelah itu. Nggak nyangka aja sih, tapi aku seneng juga. Dampaknya pun juga baik buat perusahaan. Menurutku itu termasuk achievement-ku sih . aku bisa dorong diriku sendiri akhirnya untuk mengungkapkan yang aku rasain dan berdampak buat lingkungan sekitar. and full support, hihi. 

Mau bilang makasih aja buat diri sendiri. w bangga ma lu, Yas! hehe. Dah mulai sekarang fokus sama apa yang mau kita jalanin ke depan. nggak usah ribet jadi orang, ya.

Itu sih yang mau aku ceritain sekarang. Self-love sepenting itu. Kasih respek ke diri sendiri sepenting itu. Diri sendiri amat sangat berharga :)

Share:

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar